Lebaran Ketupat 1440 H
Pendamping Desa | tercinta...
Taradisi lebaran ketupat masih banyak dijumpai di Indonesia ini. Lebih - lebih pada masyarakat di tanah Jawa, dimana tradisi lebaran ketupat ini memang berasal dari tanah Jawa.
Meskipun tradisi lebaran ketupat tersebut berasal dari Jawa, namun di daerah Sumatera khususnya Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di beberapa kecamatan banyak yang penduduk desanya berasal dari program transmigrasi yang diprogramkan oleh pemerintah di era tahun 1970-an, yang nota bene berasal dari masyarakat penduduk tanah Jawa.
Karena berasal dari tanah Jawa, adat istiadat serta kebiasaan dan kegiatan sehari-hari sudah layaknya seperti ketika berada di Jawa. Salah satu adat istiadat dan kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan adalah tradisi lebaran ketupat. Lebaran ketupat sendiri waktunya adalah seminggu tepat setelah Lebaran Idul Fitri (1 syawal) pada setiap tahunnya.
Lebaran ketupat menurut sejarah yang diceritakan oleh orang-orang pendahulu kami (sesepuh), adalah suatu kegiatan yang dilakukan sekelompok warga atau masyarakat untuk memohonkan ampunan atas segala dosa dan kesalahan dari arwah-arwah para ahli kuburnya.
Melansir dari Kompas.com, menurut Fadly Rahman, menurut cerita rakyat, ketupat berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat Lebaran tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke 15 hingga abad ke 16.
Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islamannya.
Fadly tak memungkiri bahwa ketupat bisa jadi berasal dari zaman yang lebih lama, yakni pada zaman Hindu-Budha di Nusantara.
Hal itu merujuk pada zaman pra Islam. Nyiur dan beras sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat sebagai sumber daya alam.
Begitupun masyarakat Bali. Hingga saat ini ketupat atau disebut masyarakat Bali sebagai tipat, masih digunakan untuk ritual ibadah.
Menurut Fadly, dalam Islam, kerupat dicocokkan kembali dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga.
Makna ketupat Lebaran, masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat.
Kupat yang berartikan ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Menurut Fadly, ketupat Lebaran memiliki simbol lain yaitu laku papat (empat laku) yang melambangkan empat sisi dari ketupat.
Laku papat atau empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Maksud dari keempat tindakan tersebut adalah, Lebaran berasan dari kata lebar yang berarti selesai.
Hal tersebut dimaksudkan telah selesainya menjalani puasa dengan datangnya 1 Syawal.
Luberan yang berarti melimpah. Diibaratkan air dalam tempayan yang isinya melimpah hingga tumpah kebawah.
Simbol tersebut memberikan pesan untuk memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin, yaitu sedekan dengan ikhlas seperti tumpahnya atau lubernya air dalam tempayan.
Lalu leburan, yang berarti semua kesalahan dapat lebur atau habis dan lepas, serta dapat dimaafkan pada hari Idulfitri.
Terakhir adalah Laburan. Di masyarakat Jawa labur (kapur) adalah bahan untuk memutihkan dinding.
Hal tersebut menandakan simbol yang memberikan pesan untuk senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.
Usai saling bermaafan atau leburan di momen Lebaran, umat Muslim diberikan pesan agar tetap menjaga sikap dan tindakan yang baik.
Sehingga hal tersebut mencerminkan budi pekerti yang baik pula Ketupat tak hanya menjadi identutas di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara.
Filosofi Ketupat
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (Mengakui Kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).
Biasanya, prosesi ini dilakukan dengan acara sungkeman anak ke orang tua.
Dengan sungkeman tersebut, menandakan permohonan maaf anak dan bukti menghormati orang tua.
Tak hanya itu, pengakuan kesalahan juga dilakukan memohon maaf kepada tetangga, kerabat dan keluarga terdekat.
Ketupat menjadi simbol mengiklaskan dan memaafkan.
Jika berkunjung, maka akan dibukakan ketupat sebagai simbol pembukaan maaf. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Makna Lebaran Ketupat Bagi Orang Jawa, https://jateng.tribunnews.com/2019/06/11/makna-lebaran-ketupat-bagi-orang-jawa?page=3.
Penulis: Wahyu Ardianti Woro Seto
Editor: abduh imanulhaq
Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat Lebaran tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke 15 hingga abad ke 16.
Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islamannya.
Fadly tak memungkiri bahwa ketupat bisa jadi berasal dari zaman yang lebih lama, yakni pada zaman Hindu-Budha di Nusantara.
Hal itu merujuk pada zaman pra Islam. Nyiur dan beras sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat sebagai sumber daya alam.
Begitupun masyarakat Bali. Hingga saat ini ketupat atau disebut masyarakat Bali sebagai tipat, masih digunakan untuk ritual ibadah.
Menurut Fadly, dalam Islam, kerupat dicocokkan kembali dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga.
Makna ketupat Lebaran, masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat.
Kupat yang berartikan ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Menurut Fadly, ketupat Lebaran memiliki simbol lain yaitu laku papat (empat laku) yang melambangkan empat sisi dari ketupat.
Laku papat atau empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Maksud dari keempat tindakan tersebut adalah, Lebaran berasan dari kata lebar yang berarti selesai.
Hal tersebut dimaksudkan telah selesainya menjalani puasa dengan datangnya 1 Syawal.
Luberan yang berarti melimpah. Diibaratkan air dalam tempayan yang isinya melimpah hingga tumpah kebawah.
Simbol tersebut memberikan pesan untuk memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin, yaitu sedekan dengan ikhlas seperti tumpahnya atau lubernya air dalam tempayan.
Lalu leburan, yang berarti semua kesalahan dapat lebur atau habis dan lepas, serta dapat dimaafkan pada hari Idulfitri.
Terakhir adalah Laburan. Di masyarakat Jawa labur (kapur) adalah bahan untuk memutihkan dinding.
Hal tersebut menandakan simbol yang memberikan pesan untuk senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.
Usai saling bermaafan atau leburan di momen Lebaran, umat Muslim diberikan pesan agar tetap menjaga sikap dan tindakan yang baik.
Sehingga hal tersebut mencerminkan budi pekerti yang baik pula Ketupat tak hanya menjadi identutas di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara.
Filosofi Ketupat
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (Mengakui Kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).
Biasanya, prosesi ini dilakukan dengan acara sungkeman anak ke orang tua.
Dengan sungkeman tersebut, menandakan permohonan maaf anak dan bukti menghormati orang tua.
Tak hanya itu, pengakuan kesalahan juga dilakukan memohon maaf kepada tetangga, kerabat dan keluarga terdekat.
Ketupat menjadi simbol mengiklaskan dan memaafkan.
Jika berkunjung, maka akan dibukakan ketupat sebagai simbol pembukaan maaf. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Makna Lebaran Ketupat Bagi Orang Jawa, https://jateng.tribunnews.com/2019/06/11/makna-lebaran-ketupat-bagi-orang-jawa?page=3.
Penulis: Wahyu Ardianti Woro Seto
Editor: abduh imanulhaq
Sumber : https://s.id/5iRzm





